Mata 

Adakah yang lebih indah dari eloknya? Bulu-bulu lentik membuatnya makin menarik. Tajamnya tatapan mampu memberi warna serupa bianglala. 

Aih, namun adakah mata mampu melihat kegaiban hati? Mata taklebih adalah jalan menuju cahaya. Pantulan-pantulannya mencipta bayangan pada retina, seperti wajahmu yang kerap menghantuiku.

Dan sama seperti katamu, kita adalah hantu. Hantu dengan segala kegaibannya. Adakah kita mampu saling menghantui?

Atau kita hanya sepasang mata yang takmampu memandang satu sama lain. Namun kita pada jarak yang dekat dan tidak saling mengikat. Kita adalah pantulan debar dalam jantung efek dari pantulan tatapan mata. Mata kita.

Mojokerto, 18 Agustus 2016

Penulis: AKHMAD FATONI

Lahir di Mojokerto, 29 Pebruari 1988. Alumnus S1 sastra Indonesia, Unesa (2010) dan S2 Kajian Sastra dan Budaya Universitas Airlangga (2016). Bukunya: (1) Lengan Lirang (Puisi, 2012); (2) Kredo Mimpi (Esai, 2014); (3) Tembang Dolanan (Puisi, 2015); (4) Meja Nomor 8 (Cerpen, 2016). Email: fatoni.akhmad@gmail.com

18 tanggapan untuk “Mata ”

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.