Mini Karnaval 

Pebruari lalu, saya mendirikan Rumah Budaya Akhmad Fatoni (RBAF), tepatnya tanggal 29 berbarengan dengan hari lahir saya. Sejauh ini, program-program yang berjalan Perpustakaan Cerita dan Pojok Ideologi. Perpustakaan Cerita, seperti jamaknya perpustakaan yakni sebagai ruang untuk menggiatkan literasi dan pengetahuan. Pojok Ideologi ini lebih ke arah industri kreatif yang akan menopak gerak RBAF. Sejak didirikan, Pojok Ideologi sudah memberi pelayanan fotografi, workshop, dan seminar.

Selama sebulan lalu, sejak H+8 Idulfitri saya mulai menyiapkan program besar RBAF, yaitu mini karnaval. Acara itu saya beri tema “Menggali Potensi Power of Change”. Kegiatan tersebut dalam kepanitiaan RBAF bekerjasama dengan Karang Taruna Karya Remaja Dusun Sumbertani, Desa Mojorejo, Kecamatan Pungging, Kab. Mojokerto.

Konsep ini memang sengaja saya pendam. Dalam artian, ini kegiatan besar namun isu tetap saya jaga sebagai rutinitas biasa yaitu seperti wajarnya peringatan HUT RI di kampung. Namun karena ini merupakan program terbesar RBAF sejak saya mendirikannya. Maka totalitas saya penuh dalam program ini. Salah satunya, saya sengaja menjauhi dunia online yang bisa secara magis mampu menyihir untuk lupa kalau sudah berjam-jam berselancar, termasuk ngeblog.

Hari kedua menulis setelah rehat sebulan menyiapkan mini karnaval. Foto ini berada di markas RBAF, dalam sebulan markas ini salah satunya yang dikerjakan sehingga ruang produksi RBAF tidak menjadi satu dengan rumah induk. Pemandangan berantakan di foto merupakan sisa dari perbaikan kostum bersama tim RBAF semalam. Kostum setelah dipakai mini karnaval karena menggunakan bahan bekas banyak yang rusak sehingga perlu dibenahi. Sebab H+ 2 mini karnaval, kostum yang kita pamerkan tersebut sudah disewa pelanggan dan akan dipakai tim Marching Band Citra Remaja Desa Jiyu. Tentu, markas ini masih belum ideal sebagai rumah produksi. Namun dalam pemikiran saya, biaya adalah nomor 2. Lebih utama yaitu semangat untuk bergerak dan proses. Dalam benak, markas RBAF dalam 3 tahun masih belum bisa berdiri, namun kini sudah berdiri berkat dukungan Komunitas Arek Japan (KAJ) dan Karang Taruna Karya Remaja Dusun Sumbertani.

Saya sempat mendokumentasi persiapan awal mendirikan markas ini. Juga persiapan membuat kostum, namun setelah H-7 mini karnaval sudah tidak sempat mendokumentasi. Berikut dokumentasi proses kami:

12472496_261482027570945_4505167069979627274_n13641231_1757610794497150_7693575082140935022_o13680465_1743006502605201_6637611759559216899_o13892309_261482137570934_1070644771655123607_n13920694_261482190904262_5185401768481633029_n14257722_1772313356360227_1405241321826602051_o
(Foto lain menyusul)
Setelah markas berdiri, kami pun mulai menyiapkan kostum untuk mini karnaval. Pengerjaan kostum ini memakan waktu sebulan. Proses kerjanya sejak habis Dhuhur hingga rehat setelah Subuh.

Semua kerja keras itu, rasanya terbayar ketika defile mini karnaval mencapai kurang lebih 2 KM. Rute yang kami gunakan sejauh 5 KM. Tentu kebanggaan telah meruah dan meluber ke mana-mana. Terimakasih Tuhan atas ridho-Mu. Juga terimakasih kepada semua yang telah membantu:

1. Komunitas Arek Japan (KAJ)

2. CV Kupu-kupu Lucu

3. Karang Taruna “Karya Remaja” Dusun Sumbertani, Desa Mojorejo, Kec. Pungging

4. Marching Band “Citra Remaja” Karang Taruna Desa Jiyu, Kec. Kutorejo

5. PT Java Carbon

6. PT Pura Agung

7. Pemerintahan Desa Mojorejo

8. Polsek Kecamatan Pungging

9. Koramil Kecamatan Pungging

10. Banser Desa Mojorejo

11. Hansip Desa Mojorejo

12. Warga Dusun Sumbertani

13. PAUD Al Kholilul Huda, Dusun Sumbertani, Desa Mojorejo, Kecamatan Pungging.

Dan semua pihak yang membantu namun tidak bisa disebut secara mendetail. Tanpa bantuan dan kerjasama dari semua pihak tersebut, saya percaya acara tidak akan bisa berjalan dengan baik.

Dokumentasi Mini Karnaval:

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Mata 

Adakah yang lebih indah dari eloknya? Bulu-bulu lentik membuatnya makin menarik. Tajamnya tatapan mampu memberi warna serupa bianglala. 

Aih, namun adakah mata mampu melihat kegaiban hati? Mata taklebih adalah jalan menuju cahaya. Pantulan-pantulannya mencipta bayangan pada retina, seperti wajahmu yang kerap menghantuiku.

Dan sama seperti katamu, kita adalah hantu. Hantu dengan segala kegaibannya. Adakah kita mampu saling menghantui?

Atau kita hanya sepasang mata yang takmampu memandang satu sama lain. Namun kita pada jarak yang dekat dan tidak saling mengikat. Kita adalah pantulan debar dalam jantung efek dari pantulan tatapan mata. Mata kita.

Mojokerto, 18 Agustus 2016